Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Collonial Mentality (Kolonial Mentalitas atau Kolonial Inleader)

COLLONIAL MENTALITY

Tahukah Anda, apa itu kolonial mentalitas? Dalam Wikipedia disebutkan bahwa kolonial mentalitas atau mental terjajah merupakan internalisasi infeoritas etnis atau budaya yang dirasakan oleh suatu bangsa yang pernah dijajah. Untuk itu, mentalitas kolonial selalu berkeyakinan bahwa budaya penjajah selalu lebih unggul dari budaya sendiri.

Itulah di antara point penting yang saya dapat dari kuliah malam ini bersama Prof. Dr. Irwan Abdullah -Guru besar Dept. Antropologi UGM Yogyakarta. Seperti biasa, setelah beliau menjelaskan bagaimana menulis jurnal bereputasi yang baik; di antaranya harus dimulai dengan menulis judul yang juga baik minimal terdiri dari 15 kata, introduction yang dimulai dari soking, literature review, result, discussion, dan terakhir kesimpulan. Beliau juga menyinggung bagaimana di Malasyia Scopus itu bisa dengan bahasa Melayu. Baru setelah itu dilanjutkan dengan diskusi peserta kuliah.

Diantara penanya ada yang mengungkapkan bahwa tulisan scopus di sebuah UIN dengan bahasa Melayu tidak diakui ketika dipakai menjadi GB. Menjawab pertanyaan itu beliau berbicara panjang lebar tentang mentalitas kolonial atau terjajah. Bahwa bangsa Indonesia mental inlander-nya masih sangat kuat, hal itu dibuktikan dengan berbagai kebijakan dan kebiasaan masyarakat yang begitu mengagungkan budaya asing atau bahkan bahasa asing, sedangkan bahasa sendiri berada pada posisi nomor dua.

Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa apa yang terjadi di Indonesia sama sekali berbeda dengan jiran kita Malaysia yang lebih mengedepankan bahasa Melayu dibanding bahasa asing. Hal itu terbukti bahwa scopus dengan bahasa Melayu di Malaysia malah mendapat apresiasi yang sangat tinggi dari pemerintah dan diterima sebagai salah satu syarat untuk menjadi GB.

Beliau mengutip apa yang disampaikan oleh kawan beliau Assoc. Prof. Dr. Ahmad Sunawari Long yang merupakan Iditor-in-Chief "International Journal Islamic Thought (IJIT) yang diterbitkan oleh University Kebangsaan Malaysia (UKM), yang mengatakan "Tak usahlah terlalu dipaksakan menulis scopus dengan bahasa Inggris, lagi pula tidak terbaca karena tidak dipahami".

Memang Malaysia dan Indonesia tampak sekali perbedaannya dari sisi mentalitas dimaksud, padahal sama-sama bangsa yang pernah dijajah. Namun mental terjajah sangat-sangat melekat dalam budaya dan masyarakat kita. Bahkan hal itu tergambar dari kebijakan-kebijakan yang ada. Belum lagi  kakau kita melihat individu-individu yang begitu bangga dengan penjajah. Mungkin penyebabnya karena kita terlalu lama dijajah oleh Belanda? Yaitu kurang lebih 350 tahun.

Maka untuk itu, di antara solusi bagaimana  agar mentalitas terjajah atau inlander hilang secara bertahap harus dibarengi dengan kebijakan yang lebih mengedepankan kecintaan pada unsur-unsur kebangsaan. Seperti kebijakan yang diarahkan untuk lebih mencintai bahasa Indonesia dari pada bahasa Inggris, kebijakan yang diarahkan untuk mencintai produk lokal dari pada global dan lain sebagainya. Insya Allah dengan kebijakan ini lambat laun mentalitas inlander akan terkikis dengan sendirinya secara bertahap. Semoga.

Posting Komentar untuk "Collonial Mentality (Kolonial Mentalitas atau Kolonial Inleader)"