Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

YAKINLAH KEPADA ALLAH SEYAKIN-YAKINNYA TANPA PAKAI TAPI-TAPI

YAKINLAH KEPADA ALLAH SEYAKIN-YAKINNYA TANPA PAKAI TAPI-TAPI

Memang untuk sampai kepada maqam "Haqqul Yaqin" dalam keimanan diri kepada Allah SWT. diperlukan perjalanan spiritual yang panjang dan berliku dalam menapaki ranah pengabdian dan penghambaan diri hanya kepada-Nya. Terkadang hembusan nafsu dan rayuan Setan membuat kita terpana dan kadang terbesit keraguan dalam diri tentang kuasa-Nya. Apalagi ditopang oleh kehidupan kita yang jauh dari kata sejahtera apalagi bahagia. Belum lagi kalau dikaitkan dengan konteks kekinian yang masih berada pada masa Pandemi Covid-19, di mana roda kehidupan belum normal sebagaimana sedia kala.

Ketika mengalami hal-hal tersebut, biasanya kita mudah oleng dan berpaling serta dengan mudah mengambil jalan pintas yang nota bene menabrak, melanggar aturan dan rambu serta rel-rel syariat. Maka untuk itu, di sinilah letak pentingnya untuk terus memperbaharui keilmuan yang berhubungan dengan penguasaan agama ini dalam tataran implementatif dalam lapangan kehidupan sehari-hari, yaitu terus mengaji dengan mengikuti majlis taklim, halaqah dan lain sebagainya.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas ada sebuah hikayah atau cerita menarik seorang dosen yang ketika mengajar Mata Kuliah "Ilmu Akhlak Tasawuf" di Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD). Manakala dosen itu sedang khusyuk lecturing atau menyampaikan materi tentang "Tasawuf" tetiba salah satu dari mahasiswi -karena semuanya Ibu-ibu- mengangkat tangan dan menyela, "Ustadz. maaf memotong. Tadi Ustadz. mengatakan bahwa definisi tasawuf banyak sekali, bahkan sampai lebih dari dua ribu definisi, kalau boleh minta tolong berikan saya definisi "Tasawuf" yang mudah dipahami dan implementatif!".

Dengan senyum simpul -tanda gembira karena ada mahasiswa yang aktif- dosen MK Ilmu Akhlak
Tasawuf itu menjawab, "Tasawuf dalam artinya yang sederhana merupakan suatu latihan dengan kesungguhan atau riyadhah dan mujahadah untuk membersihkan (tazkiyah), mempertinggi, dan memperdalam kerohanian dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. sedekat-dekatnya, sehingga dengan begitu maka segala konsentrasi seseorang hanya tertuju kepada-Nya, tanpa meninggalkan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi".

"Boleh nanya lagi dak Ustaz?". Sambil mengangkat tangan, mahasiswi tadi berguman. "Silahkan!". Jawab dosen MK Ilmu Akhlak Tasawuf itu. "Saya sudah setahun menjadi guru honorer di sebuah TK negeri, tapi hanya dikasih uang honor 50 ribu, kira-kira bagaimana solusinya biar honor kami naik?" Tanya si mahasiswa itu. "Lho, itu bukan pertanyaan, itu curhat namanya. Seharusnya curhat ini disampaikan kepada dinas terkait dalam hal ini Dinas Pendidikan". Jawab dosen itu. "Bukan begitu Ustaz, kan kita belajar Ilmu Akhlak Tasawuf?. Pasti di dalamnya ada solusi dalam semua permasalahan kehidupan termasuk pertanyaan yang saya sampaikan tadi". Guman mahasiswa itu lagi.

"Pernah dengar cerita seorang guru TK minta honor 5 juta yang kemudian terwujud tidak?". Dosen itu bertanya kepada semua mahasiswi yang berjumlah 35 orang. "Pernah". Jawab semua mahasiswi serentak. "Jadi kalau cuma minta honor naik dari 50 ribu ke 300 ribu atau 500 ribu bahkan 1 juta, itu amat gampang bagi Allah SWT., yang penting kalian mau benar-benar minta dan yakin hanya kepada-Nya. Yaitu dengan cara sedekah diikuti Shalat Duha dan Tahajut". Guman dosen itu. "Insya Allah siap laksanakan". Jawab mahasiswi serentak.

Pekan berikutnya ketika dosen itu masuk di kelas yang sama setelah menyampaikan salam dan membuka proses perkuliahan dengan "Basmalah" tetiba mahasiswi yang pekan kemaren curhat mengangkat tangan dan berkata, "Ustaz sebelum proses perkuliahan ini lebih jauh berjalan, saya boleh laporan tidak?". "Laporan apa?" Tanya dosen itu kebingungan. Karena seingatnya dia tidak memberikan tugas untuk dikerjakan pekan kemaren. "Laporan pertanyaan kemaren, Ustadz". Guman mahasiswi itu. "Boleh". Jawab dosen itu dengan singkat. "Alhamdulillah, honor kami naik dari 50 ribu menjadi 200 ribu". "Alhamdulillahirabbil alamien, padahal baru sepekan melaksanakan ritual sedekah, shalat Duha dan Tahajut, bagaimana kalau itu dilaksanakan secara istikamah dan konsisten sepanjang hayat? Maka insya Allah hidup kita akan penuh dengan keberkahan". Jawab dosen itu.

Dari kisah dan cerita di atas yang merupakan true story dapat diambil beberapa pelajaran berharga antara lain sebagai berikut : Pertama, bahwa ketika kita benar-benar yakin dengan Allah SWT., atau dengan kata lain ketika keyakinan kita kepada-Nya mencapai maqam "Haqqul Yakin", maka ia akan membalas keyakinan kita itu dengan cara memberikan keberkahan dan "The Miracle" sepanjang hidup kita.

Kedua, ketika kita benar-benar bersandar hanya kepada Allah SWT. maka siap-siaplah untuk bahagia dunia dan akhirat. Tapi sebaliknya, ketika kita bersandar kepada manusia maka siap-siaplah untuk selalu kecewa, baik di dunia terlebih lagi di akhirat kelak.

Ketiga, kita bisa mengadu kapan saja kepada Allah SWT. tanpa ribet dan melewati protokoler yang muter-muter dan membosankan, apalagi dilakukan pada jam jam 1, 2, dan jam 3 sebelum Subuh itu langsung tersangkut atau konek karena menggunakan sambungan langsung jarak jauh (SLJJ) tanpa putus dan tanpa hambatan.

Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan keimanan dan keyakinan kepada kita semua dan keyakinan itu tetap bersemayam dan terpelihara dalam relung hati kita yang paling dalam yang kemudin termanifestasi dalam bentuk sikap nyata dalam kehidupan sehari-hari. Amiin.

Ditulis secara "ngemil" ketika mengawasi mahasiswa MD diskusi jam 08. 30 s/d 09.00, dilanjutkan sehabis shalat Maghrib dilanjutkan kemudian sehabis Insya' sampai jam 21.26.

1 komentar untuk "YAKINLAH KEPADA ALLAH SEYAKIN-YAKINNYA TANPA PAKAI TAPI-TAPI"