Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Akhlak Perspektif Imam Al-Ghazali Part I


Hujjatul Islâm Imâm al-Ghazâlî, mendefinisikan akhlak yang baik sebagai berikut:

وإنما الأخلاق الجميلة يراد بها العلم والعقل والعفة والشجاعة والتقوى والكرم وسائر خلال الخير، وشيء من هذه الصفات لا يدرك بالحواس الخمس بل يدرك بنور البصيرة الباطنة.

"Sesungguhnya, yang dimaksud dengan akhlak yang indah adalah ilmu, akal, ‘iffah (rasa malu berbuat dosa), keberanian, takwa, kemuliaan, dan semua perkara yang baik, serta semua sifat-sifat ini tidak hanya ditampilkan oleh panca indera yang lima, tetapi juga oleh cahaya mata hati dan batin.”

Pernyataan Imam al-Ghazali di atas mengisyaratkan, bahwa secara umum ada tujuh aspek yang dikatagorikan sebagai akhlak yang indah antara lain yaitu :

Pertama, ilmu. Mengapa ilmu masuk dalam akhlak yang indah atau baik? Karena ilmu dalam Islam adalah ilmu yang dapat membawa pemiliknya agar sampai kepada Allah SWT -Zat pemilik ilmu itu sendiri- serta dapat membawa pemiliknya untuk menjadi orang yang paling bermanfaat bagi manusia. Hal tersebut didasarkan kepada Hadis Rasulullah SAW. yang mengatakan, "Maniz Dada 'Ilman Walam Yazdad Hudan Lam Yazdad Illa Bu'dan" (Barangsiapa yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah kedekatannya kepada Allah, hakikatnya ia bukan bertambah dekat tapi bertambah jauh).

Untuk itu, tolok ukur dari ilmu dalam perspektif Islam adalah dapat membawa pemiliknya atau si empunya ilmu kepada Allah SWT. Artinya, bahwa dengan ilmu yang dimiliki seseorang akan menambah frekuensi ibadahnya -baik dari aspek kualitas maupun kuantitas- ketaatannya, khusuknya, dan takutnya kepada Allah semakin dalam. Namun apabila sebaliknya yang terjadi maka hakikatnya ilmu itu tidak ada artinya bagi pemiliknya. Apabila ilmu yang dimiliki seseorang malah menjadikannya tambah sombong, egois, pilih kawan, jual mahal, merasa paling dan sok pinter, maka berarti ilmu yang ia miliki sama sekali tidak ada artinya dalam pandangan Islam.

Begitu juga, bahwa ilmu dalam Islam harus berimplikasi pada asas manfaat bagi sebesar-besarnya kepentingan umat dan kemanusiaan. Aspek ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW. yang mengatakan, "Khoirun Nas Ahsanuhum Khuluqan wa Anfa'uhum Linnas" (Sebaik-baik manusia adalah yang paling baik akhlaknya dan paling bermanfaat bagi manusia).

Namun perlu digaris bawahi bahwa manfaat yang luas tanpa dibarengi dengan koneksitas keyakinan kepada Allah SWT. merupakan hal yang sia-sia karena hal tersebut tidak akan bernilai pahaha di sisi Allah SWT. meskipun sangat bernilai dalam pandangan kemanusiaan. Dalam kaitannya dengan hal tersebut pernyataan yang mengatakan bahwa semua agama itu adalah sama di mata Tuhan adalah pernyataan yang sama sekali tidak didasarkan kepada ilmu yang benar sehingga bisa membingungkan umat ini.

Maka disinilah pentingnya seseorang memberikan pernyataan sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas ilmu yang dimiliki sesuai dengan tugas yang sedang diemban, dan menghindari untuk tidak mengeluarkan statemen yang tidak sesuai dengan keilmuan yang dikuasainya. Wallahu a'lam.
Ketika malam mulai sepi.
11 Shafar 1443 H.

Posting Komentar untuk "Akhlak Perspektif Imam Al-Ghazali Part I"