Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Akhlak Perspektif Imam Al-Ghazali Part 4

Akhlat Perspektif Imam Al-Ghazali Part 4

Kategori yang keempat dari akhlak yang indah atau baik sebagaimana disebutkan al-Ghazali adalah "as-Syaja'ah" atau keberanian. Mengapa keberanian merupakan bagian dari akhlak? Karena keberanian adalah sifat terpuji yang sangat dicintai Allah SWT. dan Rasulullah SAW. Sedangkan kebalikan dari sifat tersebut adalah penakut dan pengecut yang sangat dibenci.

Secara bahasa atau leksikal, kata "as-Syaja'ah" berasal dari bahasa Arab yang terambil dari akar kata "Syaju'a-Yasyju'u" (Munawwir, 1997; 695). Sedangkan secara istilah atau terminologi, al-Jurjani dalam "at-Ta'rifat" (2007; 117) mengatakan,

الشجاعة هي هيئة حاصلة للقوة الغضبية بين التهور والجبن, بها يقدم علي امور ينبغي أن يقدم عليها, كالقتال مع الكفار ما لم يزيدوا علي ضعف
المسلمين.
Keberanian adalah suatu bentuk yang merupakan hasil dari kekuatan kemarahan antara kecerobohan dan kepengecutan, yang dengannya ia lebih didahulukan dari hal-hal yang seharusnya ia lakukan, seperti berperang dengan orang-orang kafir, selama tidak menambah lemahnya kaum muslimin.
Dari pengertian secara istilah di atas tampak bahwa "as-Syaja'ah" merupakan reproduksi dari kekuatan marah tepatnya tengah-tengah antara ceroboh dan pengecut.
***
Di antara dasar beragama adalah keberanian. Hal itu sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW. dan para sahabat "Assabiqunal awwalun" yang berani menampakkan keislaman mereka setelah mendapatkan perintah Allah SWT. meskipun harus bertaruh dengan nyawa satu-satunya karena diintimidasi dan bahkan dibunuh oleh orang-orang kafir Quraisy waktu itu. Tapi Rasulullah SAW. dan para sahabat pantang surut dan mundur ke belakang, Karena itulah memang salah satu resiko perjuangan.

Benarlah pepatah Arab yang mengatakan, "Qulil Haqqa Walau Kana Murran" (katakanlah yang benar itu benar walau -rasanya- pahit). Untuk itu, tidak mungkin seorang mukmin mau menyampaikan kebenaran kalau dalam dirinya tidak ada sifat berani. Karena dengan sifat itu ia akan siap menerima segala resiko dari apa-apa yang diyakininya, yaitu Islam yang Rahmatan lil alamien.

Tentu yang dimaksud keberanian disini adalah yang dasarnya pikiran sehat serta hitung-hitungan matang. Bukan berani "Babi" (maaf). Karena berani Babi adalah keberanian yang tidak didasarkan kepada akal pikiran sehat serta hitung-hitungan matang. Contohnya, Si Fulan mau medemo seorang gubernur karena telah menghina Alquran. Tapi untuk itu, sebelum demo siapkan dulu segala sesuatunya, seperti helm, kacamata obat-obatan dan lain sebagainya. Jangan sampai mati konyol karena kena pentung petugas, kena semprot gas air mata dan kena peluru karet.

Jangan sampai kita menjadi "imma'ah" (pak turut), seperti kerbau yang hidungnya dicucuk, diseret kesana, diseret ke sini dan diseret ke sana-kemari karena disebabkan dia tidak mempunyai keberanian untuk menyatakan yang benar itu benar dan yang batil itu batil. Namun untuk itu, kita juga harus siap untuk menerima pil pahit dari keberanian kita, sebagaimana dicontohkan para ulama terdahulu yang banyak menentang penguasa dzolim dan akhirnya mereka dipenjara.

Semoga kita selalu menjadi mukmin sejati yang berani dan selalu dilindungi Allah SWT.
Ketika malam semakin sepi.
16 Shafar 1443 H.

Posting Komentar untuk "Akhlak Perspektif Imam Al-Ghazali Part 4"