Burung Pipit Versus Cicak
Alkisah, ketika Nabi Ibrahim sedang dibakar oleh raja Namruz dalam kobaran api yang sangat besar, tiba-tiba datang burung pipit bolak balik menjatuhkan air dari paruhnya yang kecil mungil untuk ikut memadamkan api yang sedang membakar Nabi Ibrahim tersebut.
Apa yang dilakukan oleh burung pipit dilihat oleh cicak yang sejak api berkobar ia ikut meniup api itu agar tambah besar. Kemudian cicak berkata kepada burung pipit itu. "Wahai pipit, apa yang Engkau lakukan dengan membawa air di paruhmu yang kecil itu sama sekali tidak akan berpengaruh terhadap matinya api yang membakar Ibrahim". Lalu pipit itu menjawab, "Memang air yang aku tuangkan dari udara untuk mematikan api yang membakar Nabi Ibrahim tidak akan memberikan pengaruh apa-apa, tapi minimal ketika aku nanti dihadapan Allah SWT. ditanya dimana posisiku ketika Nabi Ibrahim dibakar, maka aku bisa menjawab bahwa aku berada di posisi Nabi Ibrahim, yaitu dengan cara ikut memadamkan api yang sedang membakarnya meskipun air itu sama sekali tidak ada pengaruhnya, tidak seperti kamu -Wahai cicak- yang berada di posisi Namruz dengan meniup api itu agar besar meskipun juga tidak akan ada pengaruhnya sama sekali terhadap besarnya api tersebut".
Dari kisah tentang keberpihakan burung pipit tehadap Nabi Ibrahim dan keberpihakan cicak tehadap Namruz dalam konteks zaman kekinian yang merupakan zaman fitnah, di mana yang jelas-jelas melakukan fitnah dan pembunuhan karakter malah dibela, dapat karpet merah dan naik pangkat, sedangkan orang-orang yang jujur dan benar dicari-cari kesalahannya dan dibunuh karakternya, ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
Pertama, kita harus punya sikap terhadap berbagai kejadian akhir-akhir ini- dalam kaitannya dengan Islam- baik dalam konteks dalam negeti ataupun luar negeri, yaitu dengan cara keberpihakan kita terhadap kebenaran yang perlu digaungkan meskipun hanya lewat FB, IG, Youtube dan media sosial lainnya yang menurut kita kecil dan tidak ada ansih apa-apa.
Kedua, keberpihakan terhadap kebenaran itu penting untuk dilakukan. Mengapa? Karena di akhirat nanti kita akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT. terhadap keberpihakan kita terhadap kebenaran atau kejahatan. Jangan sampai kita seperi cicak yang berpihak kepada Namruz dengan ikut meniup api yang membakar Nabi Ibrahim agar besar, meskipun apa yang dilakukan cicak tersebut sama sekali tidak berpengaruh terhadap membesarnya api.
Tapi jadilah seperti burung pipit yang berpihak kepada Nabi Ibrahim, yaitu dengan cara ikut memadamkan api dengan cara menyiram air dari udara lewat paruhnya yang kecil, meskipun yang ia lakukan sama sekali tidak berpengaruh terhadap padamnya api yang membakar Nabi Ibrahim. Namun yang dilakukan burung pipit telah menyadarkan kita bahwa keberpihakan kepada kebenaran harus dilakukan.
Posting Komentar untuk "Burung Pipit Versus Cicak"