KISAH NYATA : Peluk Ayah NAK - Part 9
Malam itu, Abdul Manaf dan Magi shalat Isya' berjamaah di luar komplek perumahan di mana ia tinggal, karena ada sesuatu yang mau dibeli di mana barang itu tidak dijual di kompleks. Setelah sampai di masjid ia melakukan shalat qobliyah Isya', kemudian terdengar iqomah sebagai tanda bahwa shalat Isya' berjamaah segera akan dilaksanakan. Manaf segera berdiri bersama jamaah yang lain untuk segera takbir menunggu imam. Namun imamnya tidak juga mulai takbir. Ee, ternyata tidak ada imannya. Tiba-tiba pengurus masjid memanggilnya,
"Pak Manaf, tolong jadi imam, karena imam tetap untuk shalat Isya' ini sedang sakit". Pinta pengurus masjid itu. Tanpa buka suara Manaf maju ke depan diikuti oleh Magi di belakangnya.
Setelah shalat Isya' selesai, dilanjutkan dengan zikir berjamaah dan kemudian diakhiri dengan doa yang diamini oleh para jamaah. Lalu manaf bersalam-salaman dengan sebagian jamaah yang ada di belakangnya. Sebelum keluar masjid, Manaf menyempatkan diri untuk shalat dua rakaat bakdiyah Isya yang diikuti oleh Magi sambil jungkit-jungkit di samping dan kadang di belakangnya. Kemudian Manaf menuju toko yang tidak jauh dari masjid untuk membeli barang sesuai yang diinginkan.
Selesai menunaikan hajatnya, Manaf dan Magi terus pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Magi mengajak Manaf untuk segera tidur. "Ayah, ayo tidur, Magi ngantuk nian". Pinta Magi dengan wajah memelas.
"Ayo". Jawab Manaf singkat.
"Magi, sebelum tidur ayo ngaji dulu". Pinta Manaf lembut. Kemudian Manaf membaca surat Al-Fatihah, surat Al-Ikhlas sebanyak tiga kali, surat Al-Falaq sebanyak tiga kali dan surat An-Nas juga sebanyak tiga kali, dilanjutkan kemudian dengan membaca ayat kursi dan diakhiri dengan doa sebelum tidur.
Setelah Manaf membaca doa sebelum tidur, tampak malam begitu sunyi, hanya terdengar suara kipas yang berputar ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba Manaf dikagetkan suara Magi,
"Ayah, ngaji sambil pijet". Pinta Magi. "Ia". Jawab Manaf singkat. Akhirnya, Manaf mengulangi lagi bacaan surat Al-Fatihah sampai ayat kursi dan doa sebelum tidur sambil memijet punggung Magi sampai ia benar-benar tidur. Terdengar suara Magi ngorok. "Berarti Magi benar-behar telah tidur". Guman Manaf dalam hati.
Manaf lalu bangun mengambil buku yang ada di meja belajar dengan maksud untuk membacanya. Karena jam di gadget yang ia pegang baru menunjukkan pukul 21.10. Artinya, masih sekitar lima puluh menit lagi menuju pukul 22.00 di mana ia biasa istirahat malam. Namun kemudian Manaf dikagetkan oleh suara isak tangis yang tak terlalu terdengar jelas, namun dekat. Ee...ternyata isak Magi di sampingnya di mana matanya lembab dengan air mata yang membasahi pipi.
"Lho, Magi, kenapa Nak, kok nangis, belum tidur ya?". Tanya Manaf. "Ingat Ibu Yah, mana Ibu?". Ungkap Magi. Manaf dengan cepat mendekat dan memeluk Magi dengan erat.
"Sini Nak, peluk Ayah!. Kan Ibu sudah di surga? Ia sudah tenang di sana. Ibu sedang menunggu kita". Manaf mencoba menenangkan Magi yang tiba-tiba ingat ibunya. Padahal sudah lama ia tak pernah lagi mengingat ibunya, baik dalam keadaan sadar maupun dalam mimpi.
Tanpa disadari butir-butir air mata membasahi pipi Manaf, hatinya tampak terenyuk melihat anak bungsunya begitu bersedih meskipun istrinya telah wafat hampir 3 tahun yang lalu. Sambil memperbaiki selimut yang dipakai Magi, Manaf mencium kening anak bungsunya tersebut dengan lembut.
Posting Komentar untuk "KISAH NYATA : Peluk Ayah NAK - Part 9"