Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

GURU YANG KITA RINDUKAN

GURU YANG KITA RINDUKAN (Part 1)

Seorang guru yang seharusnya "digugu dan ditiru" bukan hanya seseorang yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada orang lain atau tepatnya siswa. Seorang guru bukan hanya seseorang yang memindahkan ilmu dari dirinya kepada siswa. Tapi lebih dari pada itu semua, seorang guru adalah orang yang bisa mentransfer adab, akhlak dan moral kepada siswanya dalam semua aspek kehidupannya.

GURU YANG KITA RINDUKAN

Untuk itu, semua aspek hidup dan kehidupannya baik yang berhubungan dengan diri dan keluarganya menjadi teladan paling depan, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai keikhlasan yang ada pada dirinya. Karena ikhlas adalah unsur pokok dan paling utama yang harus ada dalam diri seorang guru.
 
Karena ikhlas itu memberi bukan meminta, ikhlas itu mencerahkan bukan menyeramkan, ikhlas itu menguatkan bukan melemahkan, ikhlas itu mensucikan bukan mengotori, ikhlas itu membangun bukan merobohkan, ikhlas itu memberi cahaya bukan mematikan cahaya, ikhlas itu menumbukan bukan mematikan.

Namun untuk itu, bukan berarti guru yang ikhlas dibayar seenak perut dan sesuka hati oleh orang yang punya lembaga yang sangat jauh dari nilai-nilai profesionalitas. Nilai-nilai profedionalitas harus benar-benar dijaga termasuk di dalamnya dalam menentukan honor dan gaji bagi seorang guru yang harus didasarkan kepada UMR setempat, lama pengabdian, pendidikan dan kinerja dari guru tersebut.

Termasuk guru yang kita cari sekarang -dan ini sudah langka- adalah guru yang ketika ia salah kepada siswa dan muridnya dengan ikhlas dan tanpa malu mau meminta maaf kepada muridnya dan mengakui bahwa ia salah dan bahkan ia siap dikasih hukuman sebagaimana ia telah memberikan hukuman kepada siswanya.

Bukan guru yang egois yang hanya ingin menang sendiri. Guru seperti ini di manapun dan sampai kapanpun hanya ingin menang dan akan selalu mengaku benar di depan siswa dan murid-muridnya.
Lubuklinggau, sambil menunggu di depan teller BSI.
16/1/23/24 J. Akhir 1444 H

GURU YANG KITA RINDUKAN (Part 2)

Guru yang biasanya selalu ditunggu-tunggu kehadirannya dan selalu dicari kala ia tidak datang ke sekolah oleh siswa adalah guru yang selalu menjadi pendengar yang baik bagi siswa dan murid-muridnya. Karena guru yang selalu mendengarkan setiap keluh dan curhatan siswa dan muridnya adalah guru yang baik. Mengapa demikian? Karena ia adalah komunikator yang baik sekaligus pendengar yang baik pula.

Guru tersebut tidak mau menang sendiri dengan cara selalu memonopoli setiap ruang dan waktu untuk dirinya, tetapi ia juga memberikan ruang yang luas bagi siswa dan muridnya untuk memberikan tanggapan, ide, dan masukan. Bahkan ia juga mendengarkan setiap keluh dan kesah yang dikemukakan oleh anak-anak didiknya.

Guru sebagaimana dijelaskan di atas menjadi langka dalam konteks kekinian, di mana gadget sudah mengambil guru hampir dalam semua ruang dan waktu. Di manapun kita duduk disitu kita biasanya main gadget tanpa memperdulikan orang-orang di sekitar kita. Termasuk di dalamnya adalah sebagian guru yang lebih mengedepankan gadget daripada siswa dan muridnya.

Tapi tidak dengan guru yang selalu mau mendengarkan siswa dan muridnya dengan baik. Ketika ada siswa dan murid yang mendekat kepadanya, ia kemudian simpan gadget yang ia miliki dengan cara mematikan dan memasukkan ke dalam kantongnya. Hal itu dilakukan untuk memberikan penghargaan dan perhatian yang setinggi-tingginya kepada siswa dan muridnya yang datang kepadanya.

Karena perlakuan si guru tersebut, banyak siswa bahkan hampir seluruh siswa dan murid suka dan menyenangi guru tersebut. Bahkan guru dimaksud menjadi guru favorit manakala diadakan pemilihan guru terbaik. Sudahkah kita sebagai guru menjadi pendengar yang baik bagi siswa dan murid-murid kita?
Lubuklinggau, 18/1/23/25 J. Akhir 1444 H.

Posting Komentar untuk "GURU YANG KITA RINDUKAN"